Tuesday, May 25, 2010

A Ring for Princess


Masih berkaitan dengan tema, ‘Frog Prince’, Saraswati mendapatkan undangan untuk ‘performance’ di salah satu mall. Salah satu drama yang akan dibawakan oleh anak-anak adalah ‘Princess and the Frog’, skenarionya kali ini mengikuti cerita yang sebenarnya. Keisya menjadi Princess, Popo menjadi Prince, Gede menjadi King, Putra menjadi frog Prince, teacher menjadi nenek sihir.

Tiba snack time, anak-anak dan teachers berhenti berlatih untuk menikmati snack yang mereka bawa masing-masing. Terjadi saling sharing dan obrolan.

Yodha (mengeluarkan sebuah cincin warna perak dari kantongnya dan menunjukkan ke teman-teman dan teacher) : Ini aku punya cincin.
Teacher: O, bagus sekali….untuk siapa?
Yodha: Untuk princess (Keisya)
Teacher : O, kalo Princess harus pakai cincin?
Shazma: Iya, kan ada ‘marry..marry’ nya. (Pada scene terakhir, saat frog berubah menjadi prince kembali, Prince mengatakan pada Princess, ‘will you marry me?’)
Teacher : O, kalo marry itu pakai cincin…Shazma tahu dari mana?
Shazma: Dari TV
Teacher: Wah, kakak tidak pakai cincin berarti kakak belum ‘marry…marry’ dong. Bagaimana kalau cincinnya untuk kakak?
Yodha : Enggak, ini untuk Keisya! Nanti deh yodha beliin lagi.

Selesai snack, teacher mendengar boys saat mereka cuci tangan, lagi-lagi mengenai princess...
Popo: Raga, tadi kamu pinjam krayon ya dari Keisya
Raga: Iya, aku pinjem krayon merah sama Keisya
Popo: Kenapa kamu pinjem dari Keisya, kan bisa pinjem dari aku.
Yodha: Raga kan pengen pinjem dari Keisya
Gede: Iya, tadi juga aku main di back yard sama Keisya
Popo: tapi mainnya cuma sebentar, aku liat koq tadi

Mmmmm...rupanya Keisya jadi pusat perhatian karena peran princess..Kembali ke kelas, anak-anak minta kepada teacher untuk mengulang lagu theme song 'Ma belle Evangeline' dan mereka pun menari secara berpasangan...Dinda dengan yodha, Ghia dengan Najwa, Gede dengan Feli...dan semua girls merasakan menari sebagai princess.

Suka sekolah di Saraswati

Diskusi sejenak saat morning outdoor play (anak-anak dan teacher di playdough table). Teacher melihat anak-anak begitu menikmati kegiatan mereka membentuk dengan playdough.

Teacher : Teman-teman suka sekolah di Saraswati?
Tiana : suka, kak (sambil membentuk playdough)
Teacher: Kenapa? Apa yang disukai mengenai sekolah di Saraswati?
Tiana: nggak tahu
Dinda: Ayo, yodha, apa yang kamu suka?
Yodha: Aku suka sama teman-teman
Teacher: apa yang disukai dari teman-teman?
Yodha: teman-teman suka main bersama
Raga: Iya, nggak suka berantem
Dinda: Iya, teman-teman suka membagi (saat itu yodha membagikan playdoughnya)
Teacher: Kalo dari mainannya?
Yodha: mainannya banyak
Dinda : sering ada mainan yang baru
Teacher: Ada yang perlu kita ubah?
Raga: Gentengnya aja diganti pake baja supaya nggak kena rayap
Teacher: O, genteng kita kayunya pake jati jadi nggak kena rayap.
Yodha: Pagarnya aja kita ganti!
Teacher: Pagar yang mana? Yang besar?
Dinda: Yang besar diganti kayu aja.
Raga: Jangan! Nanti kena rayap..pake besi aja!
Teacher: Wah, berat dong nanti kalau mau dibuka.
Yodha: Pake dinosaurus aja!!!…..Brontosaurus kan kalo berantem ama T-Rex menang dia
Dan obrolan pun berubah ke tema ‘dinosaurus’.

The Frog Prince

Story time untuk kali ini adalah the Frog Prince. Selesai bercerita, teacher menawarkan pada anak-anak apakah mereka mau memainkan drama, ‘The Frog Prince’. Semuanya dengan antusias menjawab ‘mau’. Girls semuanya ingin menjadi Princess, sedangkan boys memilih untuk menjadi pilot atau yang menangkap si nenek sihir. Aril menawarkan diri untuk menjadi Frog Prince.

Teacher harus berpikir keras…. bagaimana ya merubah skenario cerita supaya sesuai dengan peran yang sudah dipilih oleh anak-anak.
Teacher : Ya sudah, princessnya ada 5…Aril jadi frog prince, sedang berada di istananya (di Quiet Area). Raga jadi pilot dan boys yang lain menjadi serdadu menjaga agar para princess aman dari serangan nenek sihir. Silahkan boys membuat pesawatnya. Boys langsung berlari ke Block Area dan merakit pesawat. Teacher mengingatkan boys bahwa pesawat harus ada 5 seat untuk membawa masing-masing princess ke istana Frog Prince.

Sementara itu para princess sedang berada di istana (Dramatic Play Area) dan para ‘serdadu’ menjaga sekeliling istana.

Masuk si nenek sihir (teacher) lengkap dengan sapunya….”Hi Hi Hi Hi….”. Anak-anak semua berteriak. Nenek sihir mencoba untuk menyerang istana para princess. Serdadu sudah siap melawan nenek sihir…dan demikian seterusnya drama semakin berkembang dengan partisipasi aktif dari anak-anak.

‘Drama’ merupakan bagian dari kurikulum di Saraswati. Setelah story time, anak-anak boleh membuat drama sesuai cerita-cerita yang dibacakan oleh teacher. Semua anak dilibatkan (baik TKA maupun TKB). Bentuknya tidak kaku - artinya anak-anak ikut aktif menyusun skenarionya. Biasanya jika anak-anak sudah terlibat, skenarionya pun berubah jadi kreatif, dan teacher tinggal memutar otak bagaimana untuk memfasilitasinya. Yang penting adalah prosesnya, bukan hasil akhir. ANak-anak tidak harus perform untuk siapa pun tetapi untuk mereka sendiri. Tidak ada yang menilai performance mereka tetapi mereka sendiri.

Banyak sekali yang bisa dipelajari oleh anak-anak dalam proses menyusun dan memerankan drama bersama, termasuk:
-Social skills: bagaimana bekerja dalam sebuah tim, menerima dan memberikan pendapat/ide, menyelesaikan masalah yang muncul…
-Language skills, bagaimana mengucapkan kata-kata dan menyusun kalimat dengan baik (bhs. Indo ataupun Inggris), menggunakan ekspresi yang sesuai..
-Cognitive skills, berpikir secara terstruktur saat menyusun skenario, melatih memori dan kreatifitas dalam berpikir, mengkaitkan pengalaman sehari-hari dengan skenario….
-Emotional skills, dengan mendapatkan kesempatan untuk memainkan peran yang mereka inginkan…percaya diri serta positive feeling anak-anak pun meningkat. Hal ini bisa terlihat dari ekspresi mereka – puas dan bahagia.

Monday, May 10, 2010

Aku maafin besok aja!

(nama anak-anak diganti dengan nama fiktif. Aulia, Anya, Andi, Fendi )

Anak-anak sedang siap-siap untuk kerja dalam kelompok kecil. Tiba-tiba terdengar Aulia berteriak dengan nada tinggi “Biarin, besok aku mau bawa mainan yang mahal, terus aku ngga kasih pinjem kamu” (sambil berjalan ke arah ruang kelompok kerja kecil – small group time.)

Teacher: Aulia, tunggu dulu, jangan masuk ruangan itu dulu. Yuk sini duduk di sini (sambil menarik kursi untuknya). Aulia kenapa berteriak seperti itu?
Aulia: Iya, kan aku lagi pegang kupu itu, kenapa si Anya tarik dari aku. Kan dia harusnya minta ijin dulu.
Teacher: Anya, sini dulu ya, kita selesaikan dulu masalah ini.
Anya (menghampiri meja bundar tempat teacher dan Aulia sedang berdiskusi dan duduk menghadapi teacher dan Anya): Iya, itu kan punya aku! Kenapa Aulia ambil tanpa ijin aku? (Nadanya sangat ketus dan ‘siap perang’)
Aulia: Kan aku dikasih sama Andi! Aku nggak ambil, tahu! (nada sangat tinggi)
Teacher memanggil Andi: Andi, coba kamu bantu dalam menyelesaikan masalah ini. Andi dengan ceria menghampiri meja bundar.
Teacher: Andi, kamu yang kasih kupu itu ke Aulia?
Andi: Iya, tadi aku kasih ke Aulia.
Teacher: Kamu tahu itu punya Anya?
Andi; Tahu.....tapi ada di meja sini.
Teacher: Terus, kenapa kamu kasih ke Aulia, bukan ke Anya?
Andi (dengan wajah yang ceria) tidak menjawab….

Teacher: Disini sebetulnya tidak ada yang salah, tapi ada kesalahpahaman! Teacher mengulangi, ‘kesalahpahaman’. Jadi Aulia tidak salah, Aulia bermain dengan kupu itu karena diberikan oleh Andi. Sehingga waktu Anya menarik kupu itu dari tangannya, Aulia marah. Sama juga, Anya tidak salah. Anya marah melihat kupu yang dimilikinya sedang dimainkan oleh Aulia, padahal Aulia tidak meminta ijin.
Wajar koq kalau Aulia marah, Anya juga marah, karena terjadi kesalahpahaman. Marah sih boleh-boleh saja, tapi jangan keterusan dong! Sekarang coba kita cool down dulu, tenangkan diri..terus saling maafin.

Anya: ENGGAK, AKU NGGA MAU!
Aulia (mendengar nada ketus Anya) emosinya kembali meluap. Ia berdiri berjalan ke ruangan kelompok kerjanya sambil berteriak: Aku besok mau bawa mainan yang bagus, kamu nggak boleh main!
Teacher: Aulia,…balik dulu kesini. Kita selesaikan dulu masalah ini.
Teacher menoleh ke Anya: Anya, kamu mau berteman kembali, saling memaafkan? Kan nggak masuk akal kalau kita kehilangan teman hanya karena magnet kupu ini?
Anya: Itu bukan magnet! itu jepitan korden!
Teacher: O, ok teacher salah, itu jepitan korden yang cantik sekali..tapi kita nggak mau kehilangan teman kan?
Anya: Aku maafin besok aja!
Aulia: Aku juga nggak mau maafin!
Teacher berpkir: Mmmmm…gimana ini ya,……

Lalu teman-teman yang kerja kelompok sudah ada yang selesai dan Fendi menghampiri teacher, Anya dan Aulia.
Fendi: Lama banget diskusinya!
Teacher: Iya Fendi bisa bantu cari solusi, Ini nggak ada yang mau saling maafin…boleh ngga sih kita simpan marah kita lama-lama – sampai besok?
Fendi: Ya, nggak boleh dong! Maaf-maafan sekarang aja!
Teacher : Anya dan Aulia, kalau kita simpan marah atau merasa dendam, itu tidak baik, tahu nggak kenapa? Nanti kitanya sakit.
Aulia: Ya sudah, aku mau maafin, tapi sekarang!
Teacher: Anya, Aulia sudah mau memaafkan, Anya maafkan juga ya?
Anya: Nggak, aku besok aja!
Seorang teacher lainnya berbisik pada teacher bahwa Anya memang membutuhkan waktu yang lama untuk memaafkan temannya (pernah 1 bulan).
Teacher: Masalah ini harus selesai sebelum kita pulang – tidak dibawa pulang. JAdi Kalau Aulia sudah bisa memaafkan sekarang, mungkin Anya butuh waktu sedikit lebih lama. Bagaimana kalau kita ikutan kerja kelompok dulu sekarang. Nanti sebelum pulang, kita saling memaafkan. Kedua anak setuju.

Di ruang kerja kelompok, teacher membimbing mereka berdua secara bergantian. Masalah sementara terlupakan…Selesai kerja kelompok, teacher menanyakan lagi pada Anya
Teacher: Anya… sekarang bagaimana, apakah Anya sudah bisa memaafkan Aulia?
Anya mengangguk-angguk. (Whew…what a relief for teacher!..finally!)
Cepat-cepat teacher memanggil Aulia, dan kedua anak saling memaafkan. Teacher meminta mereka untuk peluk temannya dengan kasih…Kedua anak kemudian melanjutkan kegiatan dengan damai.
Di Saraswati, para teachers benar-benar memperhatikan konflik yang terjadi diantara anak-anak karena konflik sebenarnya merupakan kesempatan belajar yang baik sekali baik bagi murid maupun teachers.

An encounter with a cuddly little boy

Peter is a cuddly little boy
So loveable, you just want to hug him
But why, O, why won’t he respond
Like most children would?

He hovers around amidst the cheer
Of his friends playful act
But interact he does not with his peer
His sounds meaningful only to himself

He is there but really He is not
For in his own world he stays
He is after all so far from home
If it’s the Orion, what’s he doing here
All wrapped up in a case of ADHD?

On the table lay
A picture book of dinosaurs
And rubber models
I put the models close
To the matching pictures
And softly mention ‘T-Rex’

A look of interest
A slight peek at me
He mumbles ‘T-Rex’
Ah.. the first contact made
I turn the page – dino eggs
A plastic egg I put close
I softly mention ‘egg’
He mumbles ‘egg’

He gives me a shy quick look
As if to say, go on and tell me more
For he has to quickly learn
How to communicate
With his little friends
He is, after all, like everyone of us
On a mission. SDC.

Kriik,Kriik..Crickets and Problem Solving!

Saat English time, anak-anak mendengarkan cerita, ‘The very quiet cricket’ (Eric Carle). Cerita yang sederhana serta ilustrasinya sangat menarik buat anak-anak. Ceritanya mengenai jangkrik kecil yang baru saja menetas dari telurnya. Si jangkrik kecil berjalan sepanjang hari dan dalam perjalanannya, ia bertemu dengan berbagai serangga lainnya, namun ia tidak bisa menyapa mereka karena belum bisa untuk mengeluarkan bunyi saat menggesekan sayapnya yang masih kecil. Malam tiba, dan si jangkrik bertemu dengan jangkrik (betina), ia mencoba sekali lagi menggesek sayapnya, dan ternyata terdengarlah bunyi yang indah.

Di halaman terakhir ada audio suara jangkrik, tapi audionya sudah rusak. Teacher bertanya pada anak-anak, ‘siapa yang sudah pernah dengar suara jangkrik?’ Anak-anak ada yang sudah dan ada yang belum. Lalu,
Yodha: aku punya jangkrik banyak di rumah, untuk makanan tokek (usaha orang tua yodha)
Gede: Aku juga punya jangkrik
Teacher: kalo gitu besok Yodha dan Gede bawa ya jangkrik ke sekolah, supaya teman-teman juga bisa mendengar suara jangkrik

Keesokan harinya, Yodha dengan antusias menunjukkan jangkrik yang sudah ia bawa. Ada lima jangkrik di dalam botol plastik aqua diantara ranting-ranting kecil. Teman-teman semua mendekati dan memperhatikannya. Berikut adalah diskusi dan problem solving yang terjadi diantara anak-anak:

Anak 1: Kok ngga bunyi?
Anak 2: Kita gelapin dulu. Ini pakai balok aja.
Anak- anak kemudian menyusun balok mengelilingi jangkrik dalam botol.
Anak 3: Kok, belum bunyi juga?
Anak 4: Ini, atasnya kita kasih balok juga supaya lebih gelap.
Teacher: Ssssstttt..coba semuanya diam dan tidak ada suara.
Ruang kelas langsung sunyi senyap, tidak ada satu anak pun yang bersuara, mengantisipasi si jangkrik berbunyi..Beberapa menit kemudian, jangkrik masih belum bunyi juga.
Teacher: Ya sudah, kita letakkan saja disini, dan kita titip ke mba Sarti untuk memperhatikan apakan nanti malam, jangkrik berbunyi.

Keesokan harinya, anak-anak langsung bertanya pada mba Sarti, dan ternyata mba Sarti mendengar bunyi jangkrik. Namun, jangkrik tidak berbunyi lagi pada pagi itu
Anak 5: Kak, kapan sih jangkrik berbunyi?
Teacher tidak yakin namun teacher menjanjikan pada anak-anak bahwa ia akan mencari tahu di internet.
Yodha: Kak, internet itu apa? Teacher menjelaskan bahwa kita bisa mencari informasi apa saja di internet melalui komputer.
Yodha: Berarti internet lebih pinter ya. Kak, aku mau buka internet di komputer
Teacher: Ya, kita rencanakan dulu nanti kakak bawa modemnya ke kelas.

After school, teachers berdiskusi mengenai pertanyaan2 anak-anak…
Teacher: Wah, tadi aku kewalahan juga jelasin ke anak-anak kapan jangkrik bunyi! Kata ibu, jangkrik yang jantan menggesekkan sayapnya dan berbunyi saat ‘mating’ dengan jangkrik betina)…. Jadi mikir dulu gimana cara ngejelasin ‘mating’ ke anak-anak.