Thursday, April 23, 2009

Jika Anak Enggan Menulis

Kemampuan membaca dan menulis, yang mana duluan ya?! Perkembangan kemampuan membaca dan menulis pada anak-anak berjalan seiring, jadi tidak ada yang duluan. Mungkin kita akan melihat salah satu kemampuan lebih menonjol pada anak, misalnya, anak lebih gemar membaca dari pada menulis.

Untuk setiap kemampuan, ada kemampuan persiapan. Misalnya, untuk membaca, anak sudah harus bisa mengenal dan membedakan bunyi dari masing-masing huruf dan mengejanya. Dalam hal menulis, ada satu kemampuan lagi yang perlu dipersiapkan, yaitu kemampuan motorik halus anak, terutama pada otot-otot tangan. Jadi, jika si anak belum mau untuk menulis, mungkin satu alasannya adalah motorik halusnya belum berkembang dengan baik.

Jika diajak menulis, sulit sekali, dan si anak akan memberikan berbagai macam alasan untuk tidak menulis.’, demikian keluhan dari seorang ibu. Seorang bapak juga mengeluh mengenai hal yang sama, ‘anak saya sukanya membaca aja, tapi kalo menulis, dia ngga mau.’

Dalam teori masa peka atau sensitive period yang dikemukakan oleh Montessori, anak-anak umumnya memiliki masa peka terhadap keahlian tertentu. Artinya, untuk setiap keahlian ada masa pekanya. Dalam periode masa peka, anak akan menguasai suatu keahlian tertentu dengan cepat, tanpa harus bersusah payah. Contohnya, kalau anak belum mencapai masa pekanya untuk membaca dan menulis, maka akan sulit sekali mengajarnya membaca dan menulis. Demikian juga kalau masa peka terlewatkan, sekali lagi akan sulit untuk mengajarnya membaca dan menulis.

Umumnya, masa peka untuk belajar membaca dan menulis adalah pada usia 4 – 6 tahun. Kedua anak diatas sudah mencapai masa pekanya, namun agak sulit bagi mereka untuk menulis, sehingga mereka enggan melakukannya. Mungkin motorik halusnya belum cukup siap! Mungkin anak masih lemah dalam hal mengendalikan motorik halus pada tangannya, sehingga ia merasa lelah jika harus menulis. Simak dialog antara guru dan anak berikut ini:

Kakak : Dik, kamu sudah mampu untuk membaca, dikte, dan math, namun sedikit kurangnya…
Anak : Apa, Kak?
Kakak : Menulis! (wajah sang anak terlihat bingung)
Anak : Kasih PR aja, Kak.
Kakak : PR Latihan Menulis?
Anak : Ya…..boleh.
Kakak ; 10 kalimat atau….11
Anak : 11, Kak.
Kakak : Ok, karena adik mau latihan, jadi cukup kakak kasih 7 aja, dech! (sambil menulis soal latihan menulis), pakai bonusnya berapa nomor lagi, dik, sampai 11?
Anak : (sambil berhitung dengan jarinya) Empat, Kak, hahaha..

Kakak juga melibatkan orang tua untuk membantu anak di rumah. Kegiatan apa yang bisa dilakukan bersama anak, khususnya untuk mengembangkan motorik halusnya? Berikut adalah beberapa tips bagi orang tua:

Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan di rumah, untuk membantu agar motorik halus anak berkembang dengan lancar.

  1. Ajak anak membuat cookies, biarkanlah si anak yang menuangkan tepung pakai sendok, mencampurkan air, mengaduk dan menguleni tepungnya.
  2. Ajaklah anak ke pantai dan buatlah berbagai macam bentuk dari pasir basah, buatlah sebuah kastil yang indah, ataupun sebuah dinosaurus yang besar.
  3. Saat bersih-bersih di rumah, berikanlah sebuah lap pada anak agar ia ikut bersih-bersih. Selain mengembangkan motorik halusnya, hal ini juga akan mengembangkan percaya dirinya. Ayah pun bisa mengajak anak mencuci mobil..kegiatan ini sangat menyenangkan bagi anak-anak, sekaligus bermanfaat.
  4. Berbagai mainan tradisional sangat baik untuk mengembangkan kemampuan motorik halus, seperti bermain congklak. Bonusnya main congklak adalah berkembangnya kemampuan berhitung.
  5. Bermain peran, skenario di salon, dimana si anak yang melakukan creambath.
  6. Menulis/menggambar di lantai yang bersemen dengan menggunakan kapur tebal crayola. Atau sediakan whiteboard yang besar di rumah, dimana anak boleh mencoret, menggambar, menulis apa saja.
  7. Sediakan finger paint, yang mudah dibuat sendiri di rumah. (Untuk resepnya, bisa menghubungi kakak di Saraswati)
  8. Buat playdough bersama dengan anak. (hubungi kakak di Saraswati untuk resep)

    Terakhir bertemu dengan bunda minggu lalu, ia melaporkan bahwa ada kemajuan pada anak dalam hal menulis. Ternyata kegiatan-kegiatan yang disarankan sangat menyenangkan saat dilakukan di rumah, dan banyak manfaatnya bagi si anak.

Sunday, April 5, 2009

Ketika Murid Baru Mogok...

Putri bergabung dengan Saraswati di TKA awal bulan Maret 2009. Ternyata Putri adalah sepupu Ayu, x-murid Saraswati yang sekarang di SD. 'Ayu mandiri, kreatif dan kemampuan akademisnya juga ok' begitu cerita bunda Putri, dan ia ingin Putri bisa seperti Ayu. 2 hari pertama Putri terlihat ok walaupun di kelas, saat menyanyi bersama dan Putri belum bisa mengikuti, ia cenderung duduk di pojok and menundukkan kepalanya.

Keesokan harinya, Putri mogok, dan tidak masuk sekolah. Teacher menyarankan kepada bunda, agar Putri dijemput oleh teacher dan salah satu teman yang dekat, Shazma. Namun, saat ditelpon ke rumah, Putri tidak mau berbicara sama teacher ataupun sama Shazma, apalagi dijemput. It's ok, Teacher dan bunda sepakat tidak mengganggunya tetapi bunda pada saat yang tepat akan menanyakan pada Putri apa sebenarnya masalah Putri.

Esok hari bunda lapor pada teacher bahwa Putri tidak mau sekolah, karena 2 hal:
(1) Shazma bermain dengan teman lain (Dia berharap bahwa Shazma bermain dengan dirinya saja)
(2) Putri merasa tidak bisa melakukan apa yang dilakukan oleh teman-teman yang lain.
Ternyata, observasi dan dugaan teacher mengenai Putri benar. Ia tidak merasa percaya diri, karena teman-teman sudah bisa, tetapi ia belum. Bagaimana menyiasatinya?

Kak Herly punya ide. Hari Jum'at bulan terakhir Maret, anak-anak eskul berenang. KAkak minta bunda datang bersama Putri langsung ke Sports Club untuk berenang, tapi bunda tidak usah bicara tentang sekolah.

Sampai di Sports Club, Putri sangat enjoy berenang bersama teman-temannya. Selesai berenang, ia sharing pada kakak-kakaknya bahwa ia ingin langsung ke sekolah. Namun karena sudah siang, bunda katakan 'besok saja kita ke sekolah'. Pada hari Senin, Putri masuk kembali ke sekolah dengan wajah yang ceria. Memang sebagai teacher, kita harus putar otak terus dan sering kali 'think out of the box.'