Wednesday, November 19, 2008

Yoga with children and parents



‘Healthy since childhood’ merupakan tema Parents’ day tgl 1 Nopember 2008 yang lalu. Acara berlangsung meriah, dan hampir semua orang tua ikut berpartisipasi.


Acara dibuka oleh ibu Meta (mama Putra) dengan mengajak anak-anak berdoa bersama, dilanjutkan dengan aktifitas music and movement yang juga dipimpin oleh ibu Meta. Kak Helen dan Kak Tri kemudian memimpin senam irama.
Discussion time - Ibu Lisa (mama Popo) mengajak anak-anak mengenal jenis-jenis makanan yang sehat. Semua anak berpartisipasi dengan antusias. Seusai pembahasan mengenai makanan sehat, tibalah saatnya untuk berlatih yoga tapi sebelumnya sedikit kata sambutan dari ibu komite.





’Ada yang tahu apa itu yoga?’ tanya teacher saat di kelas sehari sebelum acara. ’Kak, Yoga kan nama teman kita, sekarang udah SD’, kata Nanda.

Transisi ke kegiatan yoga dimulai dengan duduk bersila, memejamkan mata dan menghentikan semua gerakan dan bicara. ’Relax and try to listen to each and every sound outside.’

‘Ngga, ga ada suara apa-apa, tuh!’, Popo nyeletuk, sementara anak-anak lainnya dan parents menikmati kesunyian di ruangan. ‘Ok, slowly open your eyes. Kita mulai dengan latihan kecil untuk melemaskan otot, dimulai dari jari-jari. Let’s start with Thumbkin..move thumbkin up and down, then pointer, tall man, ring man and little man…demikian latihan berlanjut..




Selesai melemaskan otot-otot, anak-anak dan parents mencoba melakukan berbagai pose yoga – the tree pose, the cat-cow pose (meow – moo), the snake pose (ssssss Sammy Snake), forward and backward bending, the butterfly pose.

‘Bu shoba, Gede mau frog’….’Alright, let’s do the frog pose together.’


Wah, cape juga dan keringetan! Ok, time to relax in savasana – the corpse pose sambil mendengarkan musik. Hmmm…parents dan anak-anak terlihat sangat menikmati pose ini. Sudah 5 menit, tapi masih pada menikmati savasana…10 menit, ’Time to get up..rub your hands together, put your palm over your eyes and slowly open your eyes. Then turn to your side and come to a sitting position.’
Sampai deh pada bagian akhir latihan yoga, yaitu latihan pernapasan…Ok, last exercise - let’s hum like bees. Cover your ears with the palm of your hands and feel the vibration… ‘Gede senang humming, suaranya kedengerannya keras.’ Ok enough yoga, Gede....Time for lunch.

Tuesday, November 4, 2008

Menegur ketidaktepatan anak melalui cerita/drama

Beberapa posting yang lalu, saya sharing sedikit mengenai sistem pendidikan di Sekolah Waldorf, dan beberapa prinsip dasar mereka sudah kita terapkan di Saraswati, seperti menegur anak yang kurang tepat, tidak secara langsung, tetapi melalui cerita. Simak kejadian berikut:

Bermain dengan api :
‘Nanda luka tangannya saat bermain api di rumah bersama dengan sepupunya.’ lapor bunda Nanda ke teacher. Menurut Bunda, ia sudah melarangnya. Apa boleh dikata, curiosity anak pada usia dini memang sedang berkembang dengan gencar.

Saat circle time, setelah menyanyikan beberapa nursery rhymes, Kak Tri mengatakan bahwa ia punya mainan baru sambil menyembunyikan tangannya.

‘Apa, kak; apa, kak?’ ‘boneka ya, kak?’ tanya anak-anak.
‘Bukan, kalo itu ngga seru, yang ini mainannya seru sekali’, Kak Tri menjawab. Anak-anak sudah tidak sabar dan sangat mengharapkan bahwa Kak Tri memperlihatkan mainannya yang baru dan seru itu. Akhirnya, Kak Tri menunjukkan mainannya.
‘Ini dia, mainannya!’ Kak Tri memperlihatkan korek api sambil menyalakan/mematikan apinya. Wajah anak-anak terlihat bingung.

‘Kak, itu kan korek api, kak.’
Alil berkata,’Kak, itu kan buat nyalain rokok ayah..bukan mainan!’
Seorang anak lainnya nyeletuk,’awas kena lho, kak’. Pada saat inilah Nanda tertegur..’iya kak, seperti aku kena nih di tanganku.’

Kak Tri (sambil menyalakan apinya, dengan tiba-tiba) : ‘OUW…..tanganku kena apinya.’
'Makanya, Kak, jangan main api', seru seorang anak.

Visit to the doctor's clinic



Minggu lalu, anak-anak mengunjungi klinik dokter. Untuk itu, teacher menjelaskan pentingnya anak-anak memakai masker selama berada di klinik. Pada hari H, Popo tidak mau memakai masker – apapun yang dikatakan oleh teacher, ia tetap tidak mau, sampai pada saat Zuster Lina mengajak anak-anak melihat ruangan adik-adik bayi.
’Untuk satu ini, semuanya harus memakai masker, ya!’, Zr.Lina mengingatkan. Popo duduk dan merenung. Mama Popo mencoba membujuk, sambil Popo menggeleng-gelengkan kepala. ’Popo hanya punya 2 pilihan – Popo tidak pakai masker dan tetap tunggu disini, atau, Popo pakai masker dan ikut yang lain masuk ke ruang adik bayi. Popo mau yang mana?’, saya tegaskan. ’Ga papa kalau Popo pilih untuk tidak pakai masker tapi Popo duduk disini.’ Popo berpikir dan kemudian ia langsung memakai masker dan berlari mengikuti teman-teman lainnya yang sudah menuju ke ruang adik bayi.

Anak-anak secara bergilir masuk ke ruang dokter. Adik-adik Playgroup masuk ke ruang dokter dengan penuh ragu-ragu. ’Dokter ngga apa-apa, ngga usah takut’, dokter mencoba membujuk. Dokter lalu menjelaskan guna dan cara memakai stethoscope. ’Ini namanya stethoscope, untuk periksa organ di dalam dada, seperti jantung, paru-paru.’ ’Aku mau coba’, Gede berseru dengan antusias. Kemudian Zr. Lina memperlihatkan bagaimana mengukur tensi..’Ayo, kita ukur tensi gurunya aja, ya.’ Anak-anak lalu berkerumun memperhatikan Kak Helen ditensi oleh Zr. Lina. Wah, tensinya normal 120/70.

Sementera di koridor, Vira ingin mengetahui apa yang tertera pada poster vitamin. Saat di ruang dokter gigi, anak-anak bertanya,’koq ada bonekanya, untuk apa televisinya?’ Popo langsung berselonjor di kursi periksa dan berkata,’begini, kalo mau periksa gigi.’