Saturday, September 27, 2008

ADHD/Terlambat bicara karena nonton kartun?

Sejauh ini, jika kita bicara mengenai efek negatif dari kebiasaan nonton televisi berlebihan pada anak-anak usia dini, yang disorot adalah perubahan negatif pada perilaku anak, seperti adanya kecenderungan anak untuk meniru kekerasan pada televisi. Ternyata, eksposur terhadap televisi yang berlebihan dapat mempengaruhi perkembangan biologis anak. Saya melakukan research di berbagai situs medis - memang di Amerika, banyak kasus anak-anak usia dini yang menderita ADHD dan terlambat bicara karena eksposur pada televisi yang berlebihan (saya belum menemukan statistiknya).

Menurut beberapa artikel yang saya baca, acara televisi dan umumnya acara kartun anak-anak, didesign (sesuai riset periklanan) agar atensi penonton bisa sepenuhnya dan secara tidak sadar, ter’capture’ oleh tayangan. Hal ini dilakukan dengan efek visual yang wah, seperti gerakan-gerakan yang sangat cepat, perubahan warna, serta suara-suara yang keras dan tiba-tiba. Saat menonton televisi, bagian otak yang distimulasi adalah bagian otak yang memberikan reaksi pasif, sedangkan bagian otak yang penting untuk dikembangkan pada usia dini, tersisihkan

Menurut para peneliti, bagian otak, yang disebut sebagai pre-frontal cortex - pusat perkembangan bahasa, berpikir logis, dan pengendalian diri - pada anak-anak yang menonton televisi secara berlebihan, kurang berkembang. Hal inilah yang mengakibatkan keterlambatan bicara ataupun ADHD pada anak-anak tersebut.

Sebaiknya kita lebih waspada...

Friday, September 5, 2008

QUIZ QUIZ QUIZ QUIZ ....BERHADIAH

Koq ngga belajar..hanya maen aja?
Sehari-hari di kelas, murid-murid Saraswati terlihat asyiik bermain. Terus kapan belajarnya? Apakah pertanyaan ini sempat terpikirkan oleh orang tua?

Silahkan menjawab dan dapatkan hadiah menarik bagi 3 komentar pertama.

Karakter anak berkembang secara sirkuler

Beberapa aspek dari karakter anak berkembang secara sirkuler - yang positif semakin positif dan yang negatif semakin negatif. Salah satu contoh dari proses perkembangan karakter yang membentuk siklus negatif adalah sebagai berikut:
Seorang anak yang pemalu akan cenderung untuk menyendiri, teman-temannya pun tidak akan mendekatinya, dan karenanya skill anak dalam hal sosialisasi tidak berkembang. Karena anak tidak bisa bersosialisasi, maka ia akan semakin menarik diri dari orang lain dan sifat pemalunya semakin akut. Demikian seterusnya, siklus negatif semakin menjadi. Sebagaimana yang dikatakan oleh Prof. Katz, anak-anak tidak mungkin bisa dengan sendirinya memutuskan siklus negatif tersebut, disinilah dibutuhkan bantuan dan kreatifitas dari orang tua dan guru..bagaimana menciptakan suasana dimana anak mendapatkan kesempatan untuk bangkit dari sifat pemalunya tanpa harus memaksa atau membuat ia stres melakukan sesuatu yang tidak ia sukai. Mungkin orang tua ada yang mau membagikan pengalamannya....

Skills dan Disposisi..

Sebagai guru dan orang tua, seharusnya kita tidak hanya fokus pada perkembangan skills, misalnya skill untuk membaca, tetapi sama pentingnya adalah mengembangkan disposisinya untuk membaca – artinya, mengembangkan motivasi internal dalam diri anak untuk membaca. Seorang anak yang memiliki skills tanpa adanya disposisi untuk membaca, hanya akan membaca di sekolah saja. Di luar sekolah, ia sama sekali tidak mau membaca. Sebaliknya, memiliki disposisi saja tanpa skills juga tidak cukup. Maka keduanya skills maupun disposisi seharusnya sama-sama dikembangkan. Mungkin kita sudah tahu bagaimana mengembangkan skills. Pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa mengembangkan disposisi positif pada anak? Mungkin ada yang mau menyumbangkan pemikirannya…Silahkan!

Bedanya Knowledge & Understanding

‘Knowledge’ dan ‘Understanding’ adalah dua hal yang berbeda. Seorang anak usia 3 tahun ingat betul bahwa hari ini adalah hari Senin sesuai dengan apa yang diberitahu oleh guru. Saat anak tersebut ditanya ‘nanti pas sampai di rumah hari apa? Anak tersebut merenung dan mengatakan ‘ngga tahu deh’. Anak tersebut memiliki pengetahuan mengenai kalender karena setiap hari guru memperlihatkan dan membahasnya, tetapi ia tidak memahaminya karena memang belum waktunya untuk memahami konsep tersebut. Professor Katz mengatakan bahwa terlalu dini memberikan pengetahuan yang belum relevan dapat menghambat berkembangnya habit untuk berpikir pada anak. Artinya, lama-kelamaan anak akan malas untuk berpikir sendiri dan hanya menerima apa yang diberitahukan oleh gurunya. Ternyata, kalau sudah soal pendidikan, filosofi ’the earlier the better’ bisa jadi merugikan anak.

Internation Conference on Early Childhood and Elementary Education


Pada tanggal 19 & 20 Agustus yang lalu, saya mengikuti International Conference on Early Childhood and Elementary Education. Konferensi yang diadakan selama 2 hari di Gedung Dikti Senayan bertemakan ‘Engaging children’s minds and hearts’, dan dibawakan oleh seorang professor dari Amerika Serikat Lilian Katz dan seorang trainer dalam early childhood dari Singapore, Puspa Sivan. Keduanya sangat mengesankan! Indonesia adalah negara ke-50 yang didatangi oleh Lilian Katz untuk membagikan pengalaman dan hasil risetnya mengenai bagaimana anak-anak usia dini berkembang, dan metode pendidikan yang tepat untuk perkembagan optimal anak – kesempatan emas yang tidak saya sia-siakan! Dari awal berdirinya Saraswati sekitar 10 tahun yang lalu, buku-buku dan metode yang dikenalkan oleh Lilian, menjadi referensi bagi saya dalam mengembangkan program di Saraswati. Saya bagikan beberapa poin yang sangat interesting, yang bisa menjadi bahan renungan bagi kita semua, dalam beberapa posting berikutnya.