Friday, August 22, 2008

Pembentukan karakter anak.

Minggu lalu, di kelas, seorang anak memukul temannya dengan sedotan. Si anak memang tidak bermaksud untuk menyakiti temannya, ia hanya ingin mengekspresikan kesenangannya, namun caranya kurang tepat dan ia telah membuat temannya menangis. Kak Herly menjelaskan padanya bahwa memukul seperti itu menyakiti teman - sebagaimana kita sendiri tidak mau disakiti, kita juga tidak boleh menyakiti teman. Lalu Kak Herly mengajak si anak untuk meminta maaf pada temannya yang kena pukul tadi. Namun si anak menolak..bahkan sampai pada waktu pulang, ia bersikeras menolak untuk minta maaf pada temannya.

Kebetulan pada hari tersebut, teacher membawa stiker dan ingin membagikannya pada anak-anak sebagai tanda terima kasih bahwa mereka sudah bisa untuk mengikuti peraturan di kelas. Si anak yang memukul temannya, dengan antusias menunggu stikernya, tetapi kali ini ia tidak mendapatkan stiker karena ia masih juga tidak mau untuk meminta maaf pada temannya.

Pada saat-saat seperti inilah terjadi pergumulan yang hebat dalam hati teacher, antara ’nggak tega’ tetapi harus tetap menjalankan peraturan agar anak ’belajar’. Kak Herly memeluknya dan menjelaskan padanya kenapa ia tidak bisa mendapatkan stiker, dan menekankan bahwa teacher tetap sayang padanya.

Keesokan harinya, saat sampai di sekolah, si anak langsung datang ke Kak Herly dan mengatakan, ..’Kak, aku mau minta maaf......’ Wow...apa yang terjadi, si anak tahu-tahu berubah haluan? Ternyata si anak menceritakan seluruh kejadian di sekolah pada neneknya di rumah. Nenek pun mendukung teacher dan menjelaskan kembali pada si anak bahwa ia harus meminta maaf dan tidak memukul temannya lagi.

Sebagai teacher memang kita harus selalu memainkan ‘balancing act’, sejauh apa kita masih bisa bersikap permisif terhadap anak, dan kapan kita harus men-tega-kan diri, demi pembentukan karakter positif pada anak-anak. Apa yang dilakukan oleh teacher tentunya hanya akan berhasil jika didukung oleh orang tua di rumah. Karenanya Saraswati selalu membuka kesempatan bagi orang tua untuk berkomunikasi dengan tim Saraswati. SDC.

WOODWORKING... dengan pak Kasron


Untuk memperkaya kegiatan di kelas, sekali-kali kami adakan kegiatan ‘woodworking’. Kegiatan ini memberikan anak-anak kesempatan untuk ber-eksplorasi dengan media kayu, dari mengamplas, memaku dan menempel berbagai ukuran balok kayu menjadi suatu kreasi yang menarik. Pada hari Rabu, tgl 13 Agustus, outdoor area sudah diset-up untuk kegiatan woodworking… berbagai alat yang digunakan untuk woodworking sudah didisplay, seperti palu kecil, gergaji kecil, kertas amplas, serta balok kayu dengan berbagai bentuk dan ukuran.

Setelah perkenalan, Pak Kasron mulai menjelaskan guna dari berbagai alat yang didisplay dan bagaimana alat tersebut digunakan.


Lalu anak-anak dibagi dalam kelompok kecil, ada yang mencoba memaku pakai palu, ada yang mencoba mengamplas, dan ada yang langsung menempelkan balok-balok, tentunya dengan supervisi ketat dari teachers. Akhir proses adalah pengecatan…anak-anak pun mengambil kuas masing-masing dan mengecat hasil karyanya. Lihatlah karyanya bagus-bagus!


Lebih penting dari hasil karya tersebut adalah aspek perkembangan yang terlatih melalui proses kegiatan tersebut!
Dari segi emosional, percaya diri anak semakin berkembang, karena ia boleh dan bisa untuk melakukan sesuatu yang di rumah hanya boleh disentuh oleh orang dewasa.
Dari segi fisik, kegiatan ini membantu mengembangkan otot-otot halus pada tangan dan koordinasi mata dengan tangan, dua skills yang sangat diperlukan untuk bisa menulis dengan baik.
Dari segi kognitif, tentunya perbendaharaan katanya semakin bertambah, mereka juga mengetahui guna dari berbagai alat; kreatifitas anak ikut berkembang, math skill juga terlatih – contohnya, saat mereka mencoba mencocokkan ukuran paku dengan ukuran balok- paku tidak boleh terlalu panjang, dan masih banyak lagi. SDC

Wednesday, August 6, 2008

Drama menjadi aktifitas yang menyenangkan bagi anak-anak

Drama atau play acting merupakan suatu hal yang dilakukan secara alami oleh anak-anak. Pasti kita semua sudah pernah memperhatikan saat anak-anak berpura-pura memainkan berbagai peran seperti peran dokter, peran ayah atau bunda, peran kasir di toko dan lain-lain. Menurut para ahli, banyak sekali yang dilatih saat anak memainkan berbagai peran tersebut, diantaranya:

  • Thinking skills…peran yang dimainkan oleh anak merupakan refleksi dari apa yang pernah dilihatnya, baik itu dari buku cerita, dari layar televisi ataupun yang ia lihat sendiri secara aktual. Skenario kreatif yang muncul dalam permainannya menunjukkan kemampuan anak untuk memilah dan menggabungkan berbagai pengalaman dan apa yang pernah dilihatnya tersebut, secara logis.

  • Secara social-emosional, melalui dramatic play, anak berkesempatan untuk mengatasi ketakutan yang ada dalam dirinya. Seringkali anak-anak takut dan trauma jika harus ke dokter. Saat anak berpura-pura menjadi seorang dokter, lalu menyuntik boneka sambil membujuk boneka untuk tidak menangis karena suntikannya hanya ’sedikit sakit’, sebenarnya ia sedang memproses ketakutannya sendiri.

  • Interaksi sosial...dramatic play memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk bekerja sama dalam menyusun skenario – misalnya, siapa yang menjadi dokter, siapa pasiennya, siapa ibunda, dan siapa ayah. Anak-anak juga belajar untuk menyelesaikan masalah, misalnya, jika ada yang tidak setuju dengan perannya, anak-anak dengan sendirinya bergantian memainkan peran favorit.

    Di sekolah, kami menyiapkan areal dramatic play…yang kami set-up sesuai dengan keinginan anak-anak. Pada bulan Agustus ini, areal dramatic play memberikan anak-anak keleluasaan untuk bereksplorasi dengan suasana di klinik dokter, dan suasana di salon.

    Bagaimana dengan drama yang skenarionya sudah tersusun…umumnya, kami agak berhati-hati untuk melibatkan anak-anak dalam sesuatu yang terlalu diatur oleh orang dewasa. Namun, sejak graduation tahun ajaran 2007-2008 yang baru lalu, anak-anak senang sekali jika diikutsertakan dalam aktifitas drama tersebut. Sepertinya, skenario drama Hensel and Gretel dan gerakan lagu yang disiapkan oleh tim Saraswati dan dipimpin oleh Kak Tri/Kak Helen benar-benar berkesan pada anak-anak.

    Pada hari Minggu, tgl. 3 Agustus yang baru lalu, Saraswati kembali menampilkan drama Hensel and Gretel, serta gerak tari dan berbagai lagu di Mal Puri. Ternyata anak-anak terlihat sangat percaya diri dan natural. Herrel dan Vaza yang sudah duduk di SD kelas 1 ikut bergabung kembali untuk memainkan perannya masing-masing. Demikian juga Felice, yang sudah tidak di Saraswati lagi, mendapatkan kesempatan untuk menjadi angel, bersama teman-temannya. Terimakasih juga dukungan dari Arief (alumni Saraswati sekarang sudah kelas 2 SD) dan orang tuanya. Terima kasih Kakak Wisam, Kakak Alun, dan Kakak Devan yang sudah mendukung adik-adiknya.

    Drama dan Gerak Tari sekarang menjadi aktifitas eskul di Saraswati, dan diadakan 1x dalam seminggu.